JAKARTA, iNews.id - (kiri-kanan) Pendiri LSI Denny JA, Denny JA, Dosen SBM ITB Yudo Anggoro, dan CEO Kuncie Mario Nicolas, saat membuka kelas “Mini MBA Public Policy and Political Marketing” di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Kelas Mini MBA ini merupakan kerja sama antara LSI Denny JA dengan SBM-ITB dan Kuncie, yang merupakan anak perusahaan Telkomsel, untuk memahami prilaku pemilih. Mini MBA fokus pada bidang public policy dan marketing politik.
“Tak pernah terjadi momen seperti ini sejak Indonesia merdeka tahun 1945, 77 tahun lalu. Yaitu panen raya pemilu di tahun 2024. Di tahun itu, tak hanya ada pilpres dan pileg nasional, tapi juga pilkada di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Total wilayah yang serentak melakukan pemilu sebanyak 38 provinsi, 415 kabupaten dan 98 kota,” ujar pendiri Lingkaran Survei Indonesia, Denny JA saat membuka kelas “Mini MBA Public Policy and Political Marketing” di Jakarta pada Selasa siang (24 Januari 2023).
Kelas Mini MBA ini merupakan kerjasama antara LSI Denny JA dengan SBM-ITB dan Kuncie, yang merupakan anak perusahaan Telkomsel, untuk memahami prilaku pemilih. MIni MBA itu fokus pada bidang public policy dan marketing politik.
Menurut Denny JA, pemilu 2024 merupakan momen yang tepat untuk menyediakan program bagi para stakeholders untuk memahami perilaku pemilih.
“Partai, calon yang bertarung, Tim Sukses, aneka pihak Public Relations, para pendana, media, stakeholders, dari Aceh hingga Papua, mereka perlu tahu bagaimana cara mendengar dan merebut hati rakyat banyak agar memenangkan pemilu dan pilkada,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, turut hadir dan menjelaskan yaitu Director of Center for Policy and Public Management dari SBM ITB, Yudo Anggoro, Ph.D, serta CEO Kuncie, Mario Nicolas.
Sebelum meluncurkan kelas program Mini MBA, Denny JA menampilkan data mutakhir survei nasional LSI Denny JA pada bulan Januari 2023. Menurutnya , isu yang banyak menjadi perbincangan menuju pilpres 2024 adalah pertarungan antara melanjutkan legacy Jokowi atau beralih pada isu perubahan.
Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa yang puas atas kinerja Jokowi, Ganjar semakin mengungguli Prabowo dan Anies Baswedan. Mereka yang puas atas kinerja Jokowi, pendukung Ganjar 38.2%, pendukung Prabowo: 21.3% dan pendukung Anies Baswedan: 10.6%.
Sebaliknya, mereka yang tidak puas atas Kinerja Jokowi, Anies Baswedan semakin mengungguli Prabowo dan Ganjar Pranowo. Di segmen ini, pendukung Ganjar Pranowo hanya 7.4%, pendukung Prabowo: 21%, tapi pendukung Anies Baswedan melonjak hingga 40.1%.
Hal yang juga menarik adalah tren dalam tiga survei nasional LSI Denny JA mutakhir di bulan Januari 2023, September 2022 dan Juni 2022.
Ganjar Pranowo semakin menyerap pendukung Jokowi. Di bulan Juni 2022 hanya 27.4% pendukung Jokowi yang mendukung Ganjar. Tapi pendukung Jokowi yang terserap Ganjar berikutnya menaik menjadi 32% (September 2022). Bahkan di bulan Jan 2023, menaik lagi menjadi 38.2%.
Sebaliknya, Anies Baswedan semakin menyerap pemilih yang tak puas dengan Jokowi. Di bulan Juni 2022 hanya 29.7% yang tak puas Jokowi mendukung Anies Baswedan. Tapi di bulan September 2022, pemilih yang tak puas Jokowi lari ke Anies Baswedan sebesar 35.6%. Kemudian naik lagi di bulan Januari 2023, sebesar 40.1%.
Lebih lanjut, menurut Denny JA, Nasdem akan semakin didesak tegas bersikap oleh banyak kalangan. Calon Partai koalisi Baru Nasdem, yakni Demokrat dan PKS mendesak Nasdem kibarkan bendera isu perubahan
Sebaliknya, Partai Koalisi Lama Nasdem, terutama PDIP mendesak Nasdem hengkang dari pemerintahan Jokowi.
Lantas, apa yang akan dilakukan Nasdem?
Menurut Denny JA, Nasdem lebih memilih bermain cantik dengan menyerahkan bola ke Jokowi.
Menteri Nasdem diganti atau tidak dalam reshufle kabinet, besar kemungkinan Nasdem tetap melanjutkan pencalonan Anies Baswedan.
Menghadapi panen raya pemilu 2024, banyak dimensi lain yang perlu dieksplor. Untuk memahami prilaku pemilih di panen raya pemilu 2024, ujar Denny JA, Mini MBA bidang Public Policy dan Marketing Politik dibuat.
Editor: Yudistiro Pranoto